Selasa, 14 April 2015

aplikasi etika dalam profesi kebidanan



BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Bidan merupakan suatu profesi dinamis yang harus mengikuti perkembangan era ini, oleh karena itu bidan harus berpartisipasi mengembangkan diri mengikuti permainan global. Partisipasi ini dalam bentuk peran aktif bidan dalam meningkatkan kualitas pelayanan,pendidikan. Peningkatan kualitas ini tidak luput dan tetap mengacu pada peran, fungsi dan tanggung jawab bidan.
Oleh karena itu dalam pendidikan DIII Kebidanan yang nantinya akan mencetak calon bidan, diperlukan materi kuliah yang berkaitan denganperan dan fungsi bidan.Tugas, tanggungjawab dan kewenangan profesi bidan yang telah diatur dalam beberapa peraturan maupun keputusan menteri kesehatan ditujukan dalam rangka membantu program pemerintah bidang kesehatan khususnya ikut dalam rangka menurunkan AKI, AKP, KIA, Pelayanan ibu hamil, melahirkan, nifas yang aman dan KB.
Telah diketahui bahwa tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih menjadi masalah penting di Indonesia. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007, terdapat 228 kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup, sedangkanmenurut Human Development Report 2010, sejumlah 31 bayi meninggal dalam setiap 1.000 kelahiran hidup. Data ini menjadikan Indonesia dengan AKI dan AKB tertinggi dibandingkan negara-negara lain di kawasan ASEAN.
Data survei demografi Indonesi tahun 2005 menunjukkan terdapat 228 kematian ibu dan 34 bayi meninggal dalam 1000 kelahiran hidup. Melalui program pos bhakti bidan, diharapkan angka kematian tersebut bisa menurun dan bisa mencapai target MDG (Millenium Development Goals) di tahun 2015, khususnya pada MDG poin 4 dan 5, yaitu menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan maternal.Sejak zaman sebelum masehi dunia kedokteran sudah mengenal kode etik yang dipergunakan untuk melaksanakan praktek kedokteran pada zaman itu. Kode etik merupakan suatu kesepakatan yang diterima dan dianut bersama (kelompok tradisional) sebagai tuntutan dalam melakukan praktik. Kode etik ini disusun oleh profesi berdasarkan keyakinan dan kesadaran profesional serta tanggung jawab yang berakar pada kekuatan moral dan kemampuan manusia.
            Kode etik profesi merupakan suatu pernyataan komprehensif yang memberikan tuntutan bagi anggotanya untuk melaksanakan praktek dalam bidang profesinya baik yang berhubungan dengan klien/pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya sendiri. Namun dikatakan bahwa kode etik pada zaman dimana nilai-nilai peradaban semakin komplek, kode etik tidak dapat lagi dipakai sebagai pegangan satu-satunya dalam menyelesaikan masalah etik. Untuk itu dibutuhkan juga suatu pengetahuan yang berhubungan dengan hukum. Benar atau salah pada penerapan kode etik, ketentuan/nilai moral yang berlaku terpulang kepada profesi.

B.  Tujuan
1.    Tujuan Umum
Mahasiawa dapat memahami peran bidan sebagai peneliti
2.    Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a.         Mengetahui Peran bidan sebagai Peneliti.
b.        Mengetahui Kode etik bidan terhadap profesi
c.         Mengetahui dasar hukum bidan sebagai tenaga professional.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Etika dalam penelitian kebidanan
Menurut kode etik bidan internasional adalah bahwa bidan seharusnya meningkatkan pengetahuannya melalui berbagai proses seperti pengalaman pelayanan kebidanan dab dari riset kebidanan. Riset dan diseminasinya menjadi tanggung jawab bidan. Tuntunan masyarakat terhadap mutu pelayana n kebidana  semakin tinggi, karena semakin majunya jaman, dan kita memasuki era globalisasi dimana akses informasi bagi masyarakat juga semakin meningkat. Beberapa waktu lalu praktik kebidana masih banyak berdasarkan kebiasaan atau dogma,’dulu saya diajarkan begitu’ atau ‘biasanya seperti ini’, dengan kemajuan ilmu penegtahuan dan tehnologi kebidanan praktek yang seperti itu tidak dapat dilaksanakan lagi, tetapi dituntut prakte professional berdasarkan evidence based atau hasil penelitian. Bidan mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai subjek maupun objek penelitian. Sehingga bidan perlu tau mengenai etika penelitian, demi kepentingan melindungi pasien, institute tempat praktek dan diri sendiri. Bidan wajib mendukung penelitian yang bertujuan memajukan ilmu pengetahuan kebidanan. Bidan harus siap untuk mengadakan penelitian dan siap untuk memberikan pelayana berdasarkan hasil penelitian. Bidan wajib mendukung penelitian yang bertujuan memajukan ilmu pengetahuan, bidan harus siap mengadakan penelitian dan siap untuk memberikan pelayanan berdasarkan hasil penelitian.
1.    Pada dasarnya penelitian bertujuan untuk :
a.       Memajukan ilmu pengetahuan dalam kaitan untuk meningkatkan pelayanan
b.      Kemajuan dalam bidang penelitian itu sendiri
2.    Menurut Helsinski prinsip dasar penelitian yang mengambil objek manusia harus memenuhi ketentuan :
a.       Bermanfaat bagi umat manusia
b.      Harus sesuai dengan prinsip ilmiah dan harus didasarkan pengetahuan yang cukup dari dukungan kepustakaan ilmiah.
c.       Tidak membahayakan obyek(manusia) penelitian itu (diatas kepentingan yang lain)
d.      Tidak merugikan atau menjadikan beban baik waktu,materi, maupun secara emosi dan psikologis.
e.       Harus selalu dibandingkan rasio untung- rugi-resiko. Maka dari itu penelitian tidak boleh ada factor eksploitasi, atau merugikan nama baik objek penelitian.

B.       Syarat penelitian kebidanan
1.    Suka rela / voluntary
Tidak ada unsure paksaan atau tekanan secara langsung maupun tidak langsung atau adanya unsure ingin menyenangkan atau adanya ketergantungan dan diperlukan informed consent.
2.    Informed consent penelitian
Setiap profesi perlu mengatur anggotanya, bahwa dalam mengadakan penelitian, penelitian wajib menjelaskan sejelas-jelasnya kepada objek penelitian. Selain itu penelitian perlu diyakinkan bahwa informasi yang diberikan sudah adekuat, juga perlu adanya pemahaman yang adekuat dari objek penelitian
3.    Kerahasiaan
Tidak boleh membuka identitas objek penelitian baik individu, kelompok, maupun institusi. Adanya jaminan kerahasiaan dari responden dapat memberikan rasa aman dan akan meningkatkan keabsahan data yang diberikan.
4.    Privacy
Penelitian penelitian seharusnya tidak mengganggu keleluasaan diri atau privacy dalam hal rasa hormat dan harga diri, aspek social budaya dan tidak mengganggu ketenangan hidup dan keleluasaan diri atau gerak, hal ini juga berkaitan dengan kerahasiaan dan masalah pribadi.
5.    Kelompok rawan
Kelompok rawa meliputi : wanita hamil, anak balita, usia lanjut, orang sakit berat, orang sakit mental, orang cacat yang tidak kompetendalam mengambil keputusan, termasuk juga kelompok minoritas dalam suatu masyarakat. Untuk penelitian pada kelompok tersebut masalah etika perlu benar-benar diperhatikan agar tidak melanggar hak objek penelitian atau terjadi eksploitasi dan eksperimen yang melanggar kode etik penelitian.

C.           Issue etika dalam penelitian kebidanan
Issue etika dalam penelitian kebidanan, meliputi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.    Apakah topic penelitian ?
Penelitian untuk menjawab pertanyaan dan menemukan jawaban dari pertanyaan dengan gkah yang sistmatik dan objektif. Beberapa penelitian seharusnya dimulai dengan asumsi implicit, bahwa penelitian tersebut bernilai bagi seseorang , penelitian kebidanan sering meliputi aspek tingkah laku dan gaya hidup individu. Sebagai contoh misalnya perilaku sex, ketergantungan obat, AIDS, dsbg.
2.    Siapa yang melaksanakan penelitian dan siapa yang membiayai ?
Apakah penelitian dilaksanakan oleh bidan sendiri? Atau melibatkan surveyor ?  sebaiknya ada badan yang mengatur pelaksanaan penelitian dalam kebidanan.
3.    Siapa yang akan memperoleh ketergantungan dari penelitian termasuk konsekuensi atau efeknya?
Hal ini menjawab segi kemanusiaan dan pengembangan ilmu kesehatan, bagaimana penelitian tersebut berdampak pada hal yyang lebih luas, yaitu pengembangan ilmu kebidanan.
4.      Bagaimana pelaksanaan partisipan ?Partisipan sering disebut juga dengan subjek penelitian, bagaimana melindungi haknya dan menjamin kesejahteraannya. Problem utama etik penelitian kebidanan berhubungan issue informed consent , sehingga partisipan tahu, merasa bebas, rasional,setuju, dan berperan serta dalam penelitian. Informed consent merupakan hal utama dalam segi etika penelitian, segala resiko yang terjadi akibat penelitian harus dijelaskan dan dipahami. Prosedur dalam penelitian harus dijelaskan selengkap mungkin dan kemungkinan yang terjadi, kalau perlu didiskusikan.
5.      Bagaimana arah dari penelitian ?
Ada dua metodologi dasar dalam kebidanan, yaitu penelitian kualitatif dan kuantitatif. Sebagai contoh bidan meneliti tentang wawasan klien tentang pikiran dan perasaannya, mengenai tindakan episiotomy, kemudian bagaimana pengalaman psikologis dan emosional seseorang dalam persalinan, menurut Lydon Rochelle dan Albers bahwa 67% penelitian kebidanan menggunakan pendkatan deskriptif. Maka perlu dikembangkan kembali penelitian dalam kebidanan dengan pendekatan pengembangan praktik atau yang bersifat aplikatif.
6.      Bagaimana penelitian disebarluaskan atau didiseminasikan ?
Penelitian dalam kebidanan adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktek kebidanan. Kemudian menjadi tanggung jawab moral antara peneliti untuk melaporkan dan praktisi kebidanan untuk mengevaluasi. Peneliti mempunyai tanggung jawab untuk menjamin apakah yang dipublikasikan angka yang nyata dan jujur dari hasil penelitian. Hasil hasil penelititan seharusnya diinterprestasi secara objektif sejauh mungkin dan kesimpulan tidak dimanipulasi. Adalah penting bagi peneliti untuk mempertahankan hak  melaporkan data secara akurat, meskipun pada penelitian yang disponsori, sehingga hasilnya tidak bersifat subjektif karena kepentingan sponsor.

D.      Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penelitian kebidanan
1.    Masalah senisitif
Masalah sensitive artinya informasi yang dicari peneliti bisa sangat sensitive dan pribadi, ini dapat menyangkut perilaku yang meyimpang dari norma masyarakat atau hukum, dan ingin dirahasiakan oleh yang bersangkutan, misalnya informasi tentang objek penelitian dalam hal penderita AIDS/HIV positif, PHS,NAPZA,penyimpangan perilaku sex, kekerasan dalam rumah tangga dsbg. Penelitian ini beresiko membuka rahasia bagi objek penelitian, informed consent juga diperlukan untuk kepentingan si peneliti sendiri bila ada tuntunan pengadilan.
2.    Keahlian peneliti
Untuk penelitian klinik menyangkut manusia tidak boleh bersifat trial (coba-coba), tetapi harus didasari keilmuan yang kuat dan dilakukan oleh orang yang kompeten ilmunya dan diakui secara akademiknya dan dan didukung oleh prinsip ilmiah dan kepustakaan ilmiah yang cukup.
3.    Pemakaian atau prosedur perijinan
Untuk melakukan penelitian harus ijin secara tertulis, setelah melalui studi pendahuluan dan melalui pengkajian proposal penelitian.

E.  Peran Bidan sebagai Peneliti ( Investigator )
1.         Etika Penelitian
 Peneliti adalah seseorang yang melakukan infestigasi atau penelitian baik secara mandiri maupun kelompok. Adapun tugas-tugas bidan sebagai peneliti antara lain :
a.     Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.
Di dalam langkah ini bidan sebagai tenaga kerja profesional tidak dibenarkan untuk menduga duga masalah yang terdapat pada kliennya. Bidan harus mencari dan menggali data atau fakta baik dari klien, keluarga maupun anggota tim kesehatan lainnya dan juga dari hasi pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri. Dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa,pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda- tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Langkah ini mencakup kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, data atau fakta untuk perumusan masalah. Langkah ini merupakan proses berfikir yang ditampilkan oleh bidan dalam tindakan yang akan menghasilkan rumusan masalah yang dialami/ diderita pasien atau klien.Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses intrepetasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subyektif, obyektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
b.    Menyusun rencana kerja pelatihan
Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien atau klien serta rencana evaluasi.
c.     Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
Secara sistematis mengumpulkan data dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
     Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanay meliputi apa apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antispasi terhadap pasien/ klien apa yang terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah merujuk klien, bila ada masalah masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi kultural atau maslaah psikologis. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap klien tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dan klien/pasien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut.
Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
d.        Mengolah dan menginterprestasikan data hasil investigasi.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah terhadap interpretasi atas data dat yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diiterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan maslah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.
Diagnosa kebidanan dalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenkultur diagnosa kebidanan.
Standar nomenkultur diagnosa kebidanan :
1)   Diakui dan telah disahkan oleh profesi
2)   Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3)   Memiliki ciri khas kebidanan
4)   Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
5)   Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
6)   Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
7)   Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.
8)   Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.



2.    Contoh aplikasi hasil penelitian Bidan
a.    Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
                   IMD adalah proses membiarkan bayi menyusui sendiri segera setelah lahiran. Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.
     Manfaat melakukan IMD :
1)   Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga    mengurangi tingkat kematian bayi yang baru lahir.
2)   Gerakan bayi yang merangkak mencari puting susu dapat menekan rahim dan mengelurkan hormon yang membantu menghentikan pendarahan ibu.
3)   IMD membantu meningkatkan ikatan batin antara ibu dan anak.
4)   kulit ibu dapat menghangatkan bayi secara sempurna. Bila bayi merasa kedinginan, suhu tubuh ibu akan meningkat 2 derajat Celcius, sedangkan bila bayi kepanasan, kulit ibu akan menyesuaikan dengan menurunkan suhu sebanyak 1 derajat Celcius.
5)   Ternyata bayi-bayi yang di lakukan inisiasi dini lebih jarang menangis di bandingkan dengan bayi-bayi yang dipisahkan dari ibunya.
6)   Di banding bayi yang dipiosahkan dari ibunya, bayi-bayi yang di lakukan inisiasi dini mempunyai kemampuan perlekatan mulut yang lebih baik pada waktu menyusu.
7)   Untuk ibu pelepasan plasenta yang lebih cepat akan mengurangi resiko terjadinya pendarahan.
8)   Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
9)   Sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang keluarnya oksitosin yang penting karena:
a)         Menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan plasenta dan     mengurangi perdarahan ibu.
b)        Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon meningkatkan ambang nyeri), dan timbul rasa sukacita/bahagia.
c)         Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang (yang berwarna putih) dapat lebih cepat keluar.
b.        Melakukan Bounding Attachment
Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan) jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.Cara untuk melakukan bounding ada bermacam-macam antara lain:
1)        Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
2)        Rawat gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari.
Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.
3)        Kontak mata.
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka, mereka merasa lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya.
4)        Suara
Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka.
5)        Aroma
            Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya.
a)    Entrainment
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada saat anak mulai bicara.


b)   Bioritme
Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif.
c)    Inisiasi Dini
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek suckling dengan segera.






















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Menurut kode etik bidan internasional adalah bahwa bidan seharusnya meningkatkan pengetahuannya melalui berbagai proses seperti pengalaman pelayanan kebidanan dan dari riset kebidanan. Karena alasan etis, politis dan ekonomi, semua intervensi kesehtan diharapakan untuk berdasar pada bukti (avidence-base care), dan bukan berdasarkan kebiasaan, keyakinan pribadi atau praktek rutin. Bidan mungkin banyak terlibat dalam penelitian baik sebagai subjek maupun objek penelitian. Sehingga bidan perlu tau mengenai etika penelitian, demi kepentingan melindungi pasien, institute tempat praktek dan diri sendiri. Bidan wajib mendukung penelitian yang bertujuan memajukan ilmu pengetahuan kebidanan. Bidan harus siap untuk mengadakan penelitian dan siap untuk memberikan pelayana berdasarkan hasil penelitian. Bidan wajib mendukung penelitian yang bertujuan memajukan ilmu pengetahuan.
B.       Saran
Hendaknya para bidan lebih giat melakukan penelitian untuk menambah wawasan dan kemudian hasilnya diaplikasikan kepada masyarakat. bidan harus siap untuk memberikan pelayanan berdasarkan hasil penelitian. Sebaiknya mahasiswa dapat memahami dan mengetahui peran bidan sebagai peneliti dan peran bidan dalam organisasi profesi



DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Asri dkk . 2008 . Catatan Kuliah Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima . Yogyakarta : Mitra Cendikia Press
Soepardan, Suryani . 2007 . Konsep Kebidanan . Penerbit Buku Kedokteran EGC
Purwandari, Atik . 2008. Konsep Kebidanan: Sejarah & Profesionalisme
Ikatan Bidan Indonesia, Strategic Planning Ikatan Bidan Indonesia, Jakarta 1998.
Pengurus Pendidikan Tenaga Kesehatan, 1996, Konsep Kebidanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Pengurus pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2001, 9 Modul kebidanan, BAB standar Kopetensi Bidan, Jakarta
Ikatan Bidan Indonesia, 2001, 50 Tahun IBI Menyongsong Masa depan, PP IBI, Jakarta